Friday, February 22, 2013

belum punya judul.

Ketika kau melangkah menjauh, aku hanya bisa menatap sisa-sisa kenangan yang kau berikan padaku. Aku memandangi seluruh kenangan yang berserakkan di lantai perasaan ini. Aku menyaksikan kenangan saat pertama kali kita bertemu. Aku menyaksikan kenangan saat kita mulai mengenal satu sama lain. Aku menyaksikan kenangan saat kita berdua mulai terjatuh ke dalam lubang itu. Kita jatuh cinta. Mungkin bukan kita, mungkin hanya aku. Karena aku tak pernah berpikir bahwa sesungguhnya kau (pernah) jatuh cinta kepadaku.

Aku kembali menyaksikan kenangan-kenanggan itu. Semakin aku melihatnya, semakin aku ingin mengujam diriku. Kenangan itu memilukan, menyedihkan. Tapi, betapa bodohnya aku, sudah tau akan sakit begitu tetap saja aku saksikan kenangan demi kenangan. Aku masokis. Mungkin aku masokis. Atau mungkin aku gila.

Aku mengalihkan pandanganku dari kenangan-kenangan gila itu. Aku melihatmu berdiri disana. Terdiam dan menatap ke arah ku. Ada hasrat untuk merengkuhmu kembali. Tapi, aku tak cukup nyali. Tetiba kau berlari mendekat, semakin dekat hingga kau berhenti tepat di hadapanku. Aku terdiam, kau membisikkan mantra itu. Mantra yang membuatku percaya kepadamu. Lagi.
Ah, aku memang bodoh!
Tapi cinta bisa merubah si pintar menjadi si bodoh, mengubah si perasa menjadi mati rasa, dan melemahkan si kuat.

No comments:

Post a Comment